Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Hilang dalam Sekejap (1) Cinta yang Bersemi Tertiup Angin Senja

Kenapa harus datang, jika akhirnya akan menghilang? Mentari pagi tak menyurutkan cemas yang melanda Shaffa. Ba'da Dzuhur ia ada janji bersilaturahmi dengan seseorang. Bagaimana tidak, Shaffa akan bertemu dengan ibunya Zein. Ya. Zein adalah ketua alumni pustakawan sekolah yang Shaffa kagumi sejak kelas 2 SMA.  Pembawaan Zein yang tenang dan berwibawa menaruh simpati khusus di relung hati Shaffa. Ditambah perawakan yang tinggi besar menjadikannya lebih disegani banyak orang. Perceraian orang tua, membuat Shaffa kehilangan sosok panutan. Mengenal Zein, seolah mendapat secercah cahaya. Mengobati kepiluan dengan sebuah pengharapan. Waktu berputar dengan rotasinya. Kekaguman Shaffa pada Zein bermetaforfosis menjadi rasa yang berbuah rindu. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pribahasa ini mungkin cocok mendeskripsikan harapan Shaffa kepada Zein. Ketika ketua alumni tersebut melayangkan pesan bahwa dia ingin mencoba serius dengan Shaffa. Ah, perempuan lugu ini sungguh malu mengakuin

Catatan harian 1

Hidup itu penuh misteri. Tak dapat ditebak. Walau sedetik pun. Kita hanya berencana A, B, C dan D. Namun Allah jua lah yang memutuskan. Ketika SD saya adalah sosok anak yang minder karena merasa tak pandai dalam pelajaran. Guru-guru selalu saja memuji dan mengingat murid-murid yang pandai. Disitu saya merasa rendah diri. Saat itu saya belum tau kemampuan dan kelebihan yang ada dalam diri. Tahun berganti. Seragam putih biru menjadi seragam kebanggaan karena saya berhasil masuk di SMP Negeri favorit. Di bangku Tingkat Menengah Pertama ini saya merasakan semangat belajar benar-benar hidup. Saya sangat menikmati proses belajar setiap hatinya. Setiap pelajaran ada sebuah target pencapaian. Dan itu dimulai dari tempat duduk. Saya duduk dibangku paling depan dekat meja guru. Kenapa harus di depan meja guru? Supaya ketika saya bertanya atau mengajukan pendapat, akan lebih mudah terlihat lebih dulu. Targetnya adalah setiap pelajaran,  minimal satu pertanyaan. Hasilnya ketika pembagian rap

Album Foto

Usang di atas kertas Indah dilubuk jiwa Tawa canda sekilas Ungkap rasa tak terkira Lembar demi lembar Bercerita tentang angan Melewati waktu yang di gelar Dan kini menjadi kenangan Sukabumi, 28 Desember 2019 Dari jiwa yang sedang merindu pada masa lalu

Ibu, Jangan Tinggalkan Aku!

Anak-anak usia balita masih menggantungkan hidupnya pada seorang ibu. Dari bangun tidur hingga mau tidur, yang dicari pasti ibu. Betapa ibu memiliki kekuatan dan kasih sayang yang tak terkira. Meski wajahnya lelah karena pekerjaan domestik, tapi ia harus tetap mengukir ceria didepan anak-anaknya. Bagaimana tidak? Tiba-tiba rasa capek hilang begitu saja melihat perkembangan sang buah hati dari ke hari. Walau tak luput emosi mencampuri. Hati sang ibu luluh saat malaikat kecilnya tertawa, tersenyum atau bertingkah lucu. Maafkan ibu, Nak masih sering bersuara tinggi bila menasihatimu. Tapi, betapa mengejutkannya berita yang beredar 2 pekan lalu. Ditemukannya mayat seorang bayi yang masih merah dibawah fly over Ciputat. Kenapa bayi ini dibuang? Kalau sudah meninggal, kenapa ibunya tidak mengurusi jenazah anaknya? Lalu, dimanakah orang tuanya? Miris hati ini mendengar berita tersebut. Disaat banyak orang yang berikhtiar kesana kemari hanya untuk mendapatkan keturunan. Disaat itu p

Pergi

Badan terbujur kaku Kafan itu membungkusmu Berjuta rasa tak tentu Hasratku ikut bersamamu Kau pergi Tak berisyarat Kau pergi Tak berucap Kau pergi Tinggalkan sepotong sayap (2019)

Kembali Tanpa Rindu

Garis bersudut lima tlh kembali Apakah ia benar2 kembali? Membawa setangkup cerita Yang ingin dtumpahkan Pada malam tak berawan Nyatanya, tidak Garis bersudut lima Tidak pernah benar2 kembali Ia hanya menyapa malam Agar tak merasa kesepian Malam pun bergeming Menanti pelukan hangatnya Menunggu ia menuturkan kisah Menyiapkan segelas susu untuk Menemaniku mendengar segala Yang terjadi padanya Garis bersudut lima itu Tak rindu pada malam Ia hanya lewat selayang pandang Tak hiraukan waktu yang tlah terbuang Menantikannya kembali datang Kamis, 28 Nopember 2019 Pukul 22:21 WIB

Segudang Bentuk Cinta

Cinta tak selalu bicara ttg romantis Cinta tak selalu dg kata2 manis Cinta terkadang tak ditampakkan mata Cinta terkadang tdk dlm pelukan manja Tangan yg tulus membantu itulah cinta Raga yg rela basah dg keringat itulah cinta Kecupan hangat didahi itulah cinta Memberikan sekotak hadiah itu pun bentuk cinta Setiap lelaki tak sama Sblm ijab kabul hanya mimpi indah yg terbayang Tp stlh seatap dg nya, dipastikan ego kdg mengalahkan cinta Ketika istri meminta sesuatu bukanlah dy seorang penuntut Hatinya butuh sentuhan lembut Agar rasa terjaga utuh Ada hal yg para lelaki tdk mengerti Mereka lupa kl hati istrinya mudah retak seperti kaca Hatinya mudah resah dg bisikan2 kicau burung liar Jika belum mampu belikan hadiah Tak ada salahnya dia kau peluk Jika belum mampu turuti pinta nya Tak ada salahnya mengecup pipinya Jika belum mampu, Bolehlah kau senangkan hatinya dg kata2 lembut Lelah yg menjadikan mereka sprti singa kelaparan Mendadak mengaum hendak mengambil ma

Cinta, Dimana Kau?

Jika tanpa cinta bagaimana rindu bs tumbuh? Jika bukan cinta bagaimana jemari ini mencengkram jemarimu? Jika tak cinta bagaimana jantung ini berdegup kencang menatapmu? Ah Bias fatamorgana bergelayutan memenuhi otak yg beku Gemuruh rindu menyelinap masuk ruang hati Detik berlalu trll lambat Ingin ku percepat putarannya Ah tak mungkin Dimana kan kutemukan cinta dimatamu? Dimana kan kutemukan kata rindu dr mulutmu? Sedang kau terbujur kaku membisu Matamu terpejam Bibirmu mengatup tak bersuara Badanmu pasrah dikebumikan Dimana ku dapatkan kembali semua rasa yg pernah ada? Dimana ku dapatkan kembali gugusan cinta yg pernah nyata? Kenangan, biarlah terkubur jua Ciputat, 25 Juli 2019

Rindu Purnama

Purnama tak pernah melukai bintang Parasnya cantik menghias malam Meski purnama tinggal separuh Bahkan nyaris hilang Purnama kan kembali menyeruak angan Senja menjadi saksi lima tahun silam Dua jiwa terpisah karna cita Semburat oranye menghilangkan dahaga Jutaan doa melangit mengangkasa Diatas bumi yg dipijak Purnama menggantungkan harapan Rindu pada gugusan gemintang Setelah ribuan malam tak bertemu pandang Doa tlah diterbangkan Belum nampak sebuah kerlingan Ah... biarlah diredam Hingga nama hanya panggilan 30 Oktober 2019 Sajak untuk sahabat

Pilu

Apa yg kau pilu kan, nak? Entahlah Sebuah tanya kenapa aku tersangkanya? Kau berbuat salah? Ku rasa tidak Tapi, jika boleh aku bertanya Salahkah jika lisan ini mengingatkannya? Tentu tidak Salahkah jika lisan ini memperbaikinya? Jelas tidak Lalu, knp aku? Knp namaku ramai disebut? Sudahlah,Nak. Tak perlu risau dengan kebaikan yang menjadi gunjingan Tak perlu sedih dengan lisan yang tak bertulang Allah tak pernah tidur Malaikat tlah mencatat amal baikmu Terus berjalan Melangkah pada sinar kebaikan Jika kau tersandung, maafkanlah Tak mesti kau yang salah Kau salah, apabila kau tak mau bangkit dari kelalaian Ciputat, 17 Desember 2019 Mengenang kesalahan untuk tidak diulangi

Catatan Kenangan

Biar mimpi menjadi mimpi Asa kan jadi cerita Menguap bersama hembusan angin Dan hilang diantara buih dilautan Tentang padi yang menguning Tentang senja yang menawan Tentang gunung yang dijunjung Ah.. Sudahlah Bintang kan tetap berpijar Meski purnama telah pudar Pagi tlah tegar Memangku kenangan berakar Ciputat, 17 Desember 2019

puisi hujan

LAGU HUJAN gemericik hujan disenja hari mulai terdengar berirama tak peduli siapa yg kena lebih dulu nada khasny membuat anak2 bersorak sorai... tidak denganku aku masih berkutat dengan layar penuh huruf memainkan bnda seperti piano namun tak berbnyi bermain huruf merangkai kata seperti anak yang baru bisa belajar membaca ahh... lagu hujan menemaniku disini bersama papan putih dan ruangan yang bersahaja terkadang kembali ku putar kaset yang pitanya telah kusut ku ulur satu persatu agar rapi tp semakin ku ulur semakin panjang akhrny ku hentikan biarlah sendiri... bersama irama dr langit dan kursi2 yang berdiri (2014)