Langsung ke konten utama

Ibu, Jangan Tinggalkan Aku!

Anak-anak usia balita masih menggantungkan hidupnya pada seorang ibu. Dari bangun tidur hingga mau tidur, yang dicari pasti ibu. Betapa ibu memiliki kekuatan dan kasih sayang yang tak terkira. Meski wajahnya lelah karena pekerjaan domestik, tapi ia harus tetap mengukir ceria didepan anak-anaknya.

Bagaimana tidak? Tiba-tiba rasa capek hilang begitu saja melihat perkembangan sang buah hati dari ke hari. Walau tak luput emosi mencampuri. Hati sang ibu luluh saat malaikat kecilnya tertawa, tersenyum atau bertingkah lucu. Maafkan ibu, Nak masih sering bersuara tinggi bila menasihatimu.

Tapi, betapa mengejutkannya berita yang beredar 2 pekan lalu. Ditemukannya mayat seorang bayi yang masih merah dibawah fly over Ciputat. Kenapa bayi ini dibuang? Kalau sudah meninggal, kenapa ibunya tidak mengurusi jenazah anaknya? Lalu, dimanakah orang tuanya?

Miris hati ini mendengar berita tersebut. Disaat banyak orang yang berikhtiar kesana kemari hanya untuk mendapatkan keturunan. Disaat itu pula ada para orang tua yang membuang anaknya begitu saja. Dimana naluri mu wahai ibu? Dimana tanggung jawabmu wahai ayah? Tidak takutkah kalian dengan pengadilan Allah nanti?

Jika saya sedang ada di rumah, baru saja berdiri anak-anak sudah teriak. Kadang mereka lari hanya untuk memeluk. Atau tangannya menggandeng hanya untuk memastikan bahwa saya tidak akan pergi. Kalaupun saya pergi, mereka harus ikut. Pernah suatu hari ketika saya sedang membujuk si sulung untuk melakukan sesuatu namun tidak dengan segera ia lakukan. Saya mencoba pura-pura pergi sambil berkata, "ibu pergi ya Bang." Apa reaksinya? Ya. Si anak akan menangis sambil teriak memanggil ibunya. 

Betapa naluri anak-anak itu begitu kuat. Mereka masih sangat membutuhkan kita, ibunya. Seandainya mayat bayi itu bisa berbicara, maka ia akan bilang, "ibu, jangan tinggalkan aku sendiri di sini. Bawa aku pergi bersamamu. Biarkan aku hidup denganmu. Seperti dulu kau selalu membawaku ketika aku masih didalam rahimmu. Ibu... ."

Sukabumi, 27 Desember 2019
Pukul 01.43
Salam dari Ibu yang masih belajar menjadi ibu yang baik

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maaf, Aku Mengeluh

Menikmati fase kehidupan Tidak selalu ada tawa Kadang berurai air mata Ada juga amarah yang mengguncang Jatuh lalu bangkit, kemudian bertahan Ujian yang terus hadir bergiliran Membuatku berbenah diri Remedial kehidupan terus kucoba Sesak, saat kutahu gagal lagi Suara tersekat di kerongkongan Mencari kekuatan dalam batin  Kuhanya bisa pejamkan mata Hingga tangis itu pecah Aku Tenggelam dalam kesedihan Menyesal Tetapi kesalahan kadang diulangi  Aku bukan malaikat, Tuhan Aku juga bukan kalangan iblis Ada jiwa hampa Ada ruang kosong Ada ruh yang dipancung Tuhan, Maaf aku mengeluh Ciputat, 30 Mei 2022 @Nurmala

TAHUN GAJAH

 #day2 #30hariorangtuamembacakanbuku #30hariberkisah #KomunitasCintaAnak 95_Nurmala_ Kelahiran Nabi Muhammad SAW Menakjubkannya Masa Kecil Sang Utusan Allah SWT TAHUN GAJAH Hari kedua dalam tantangan ini, Afnan minta dibacakan buku lanjutan sirah nabawiyah jilid 2. Buku ini mengisahkan tentang peristiwa menakjubkan yang saat kelahiran Nabi Muhammad dan semasa pengasuhan oleh Bunda Halimah. Sebelum mulai membacakan, saya mereview dulu kisah sebelumnya dengan tanya jawab. Supaya kisahnya tidak terputus.  Kisah diawali dengan pasukan gajah yang ingin menyerang ka'bah. Namun digagalkan oleh Allah dengan mengirimkan burung ababil yang membawa bola api panas. Peristiwa tersebut diabadikan Allah dalam Al-Quran di surat Al-Fiil. "Itukan surat yang ibu baca waktu solat magrib kemarin," kata Afnan saat mendengarkan saya membaca surat Al-Fiil. Kisah dilanjutkan dengan kelahiran Muhammad yang disambut gembira oleh seluruh penduduk Mekkah, terutama sang kakek, Abdul Mutholib. Di sini ...

PRASANGKA

 #day5 #30harimembacakanbuku #30hariberkisah #KomunitasCintaAnak 95_Nurmala_Syukur dan Tidak Sombong PRASANGKA Di hari ke-5 ini, Afnan ingin menyelesaikan buku sebelumnya. Karena masih ada dua kisah yang belum dibaca. Walaupun sebenarnya buku ini sudah pernah khatam sekali.  Pada kisah Akasia, Kurma, dan Kaktus, diceritakan tentang Akasia yang sombong. Ia suka membanggakan dirinya. Dia juga suka merendahkan dua temannya, yaitu Kurma dan Kaktus. Namun, segalanya berubah setelah Akasia mengetahui kelebihan Kurma dan Kaktus. Dia merasa malu dan meminta maaf.  Karakter yang ingin ditanamkan untuk anak-anak yaitu janganlah bersifat sombong. Karena setiap diri kita memiliki kelebihan dan kekurangan. Lain hal dengan kisah Keledai ingin Seperti Unta. Keledai ini iri dengan unta yang selalu diberi makan dan minum yang banyak sebelum melakukan perjalanan. Dia berpikir, saudagar lebih sayang kepada unta dibanding dirinya. Dalam perjalanan, banyak hal tak terduga yang dilihat oleh ke...